Jumat, 05 April 2013

DESAIN KEMASAN PRODUK UNTUK PENINGKATAN NILAI JUAL PRODUK HASIL PERTANIAN



DESAIN KEMASAN PRODUK UNTUK PENINGKATAN NILAI JUAL PRODUK HASIL PERTANIAN

Oleh
DENNY TRI KUSWANTORO
121510501049

Abstrak
            Dengan wilayah pertanian yang luas, Indonesia merupakan penghasil produk pertanian terbanyak di dunia. Untuk meningkatkan nilai jual produk hasil pertanian banyak cara yang bisa dilakukan salah satunya dengan pengemasan. Kemasan merupakan salah satu faktor promosi yang paling efekif untuk menarik konsumen agar membeli produk yang kita jual. Daya tarik terhadap produk yang kita jual tertuju pada kemasan yang baik dan sesuai dengan produk yang kita jual. Desain kemasan merupakan salah satu hal yang penting pada saat kita memproduksi barang khususnya produk pertanian, dalam mendesain kemasan kita perlu memperhatikan barang yang akan dikemas dan mempertimbangkan faktor-faktor dalam proses pengemasan.
Kata kunci : Kemasan, desain,  produk hasil pertanian.

Pendahuluan
            Indonesia merupakan negara agraris dengan wilayah pertanian yang luas. Dari wilayah pertanian yang luas maka produk hasil pertanian juga sangat melimpah, agar produk hasil pertanian dapat dipasarkan dengan baik maka diperlukan cara-cara untuk meningkatkan harga jual produk pertanian. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harga jual produk pertanian yaitu dengan mengolah produk dan mengemasnya.
            Secara harafiah, fungsi kemasan adalah pelindung barang (produk) dari berbagai kerusakan dan agar mudah dibawa atau ditata. Namun seiring munculnya beragam produk dan merk, kemasan dijadikan media untuk alat komunikasi secara visual dan penanda sekaligus pembeda (Djatmko, 2007).
Pembahasan
            Pengemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal yaitu merek, label, dan kemasan itu sendiri.
Ada tiga alasan utama yang melatar belakangi untuk melakukan pengemasan, yaitu:
a.       Kemasan dapat melindungi produk yang dikemas dalam perjalanan dari produsen ke konsumen.
b.      Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dapat mencegah tertukar dengan produk yang lain.
c.       Kemasan diharapkan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, dengan kemasan yang menarik dapat memikat perhatian konsumen.
Kemasan merupakan salah satu bagian dari desain komuniksi visual yang
menuntut banyak pertimbangan dalam  proses pembuatannya. Selain mempertimbangkan faktor estetis dan fungsionalnya dalam mendisain kemasn juga harus memikirkan bagaimana kemasan yang dibuat agar dapat menarik konsumen (Nugroho, 2006).
Secara umum fungsi kemasan yaitu:
a.       Melindungi dan mengawetkan produk.
b.      Sebagai identitas produk.
c.       Meningkatkan efisiensi pada saat pengangkutan barang.
d.      Memberikan nilai tambah pada produk yang dipasarkan.
Pada dasarnya kemasan produk yang menarik memberikan nilai tambah
pada produk yang akan dipasarkn. Konsumen lebih tertarik membeli suatu produk karena kemasn yang enak dipandang (eye catching) messkipu kualitas produknya biasa-biasa saja.
            Kemasan yang baik dan akan digunakan untuk memasarkan suatu produk harus mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:
-        Faktor pengamanan
-        Faktor ekonomi
-        Faktor pendisribusian
-        Faktor komunikasi
-        Faktor ergonomi
-        Faktor estetika
-        Faktor identitas
-        Faktor promosi
-        Faktor lingkunagan
Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasn yang baik adalah kemasan tersebut harus simple (sederhana), fungsional, dan menciptakan respon emosional positif dari konsumen. Dengan kemasan yang baik dan menarik akan membuat konsumen membeli barang yang kita jual  (Djatmiko, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
Djatmiko, Heru.2007.Desain Produk  Kemasan Pupuk. Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Nugroho BT. 2006. Menambah Daya Tarik Melalui Keindahan. (Online).

STRUKTUR PERTUMBUHAN BIBIT DAN UJI KEDALAMAN TANAM



UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                               : DENNY TRI KUSWANTORO
NIM                                                    : 121510501049
GOL/KELOMPOK                          : A/V
ANGGOTA                                       : 1. DENNY TRI K.              (121510501049)
                                                              2. DEVI ANGGUN C.       (121510501010)
                                                              3. DICKY P.                       (121510501051)
                                                              4. RISKA YULIANTI       (121510501027)
                                                              5. DESI R.                           (121510501051)
                                                              6. DESSI SARFIKA          (121510501014)
                                                              7. SITI MAHMUDA         (121510501030)
                                                              8. PUJI R.                          (121510501008)
                                                              9. DANDY                         (111510501014)
JUDUL ACARA                              : STRUKTUR PERTUMBUHAN BIBIT
   DAN UJI KEDALAMAN TANAM
TANGGAL PRAKTIKUM            : 14 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN         : 28 MARET 2013
ASISTEN                                           : 1. AKHMAD TAUFIQUL HAFIZH
                                                              2. LARAS SEKAR ARUM
                                                              3. MANUEL EDISON ANO
                                                              4. RAAF LUQMAN SYAH
                                                              5. DIYAH AYU SETYORINI
                                                              6. NOVITA FRIDA SAFATA
                                                              7. OKTAVIA RIZKI SETIYA R.
                                                              8. MOCH. GUFRON ARIF R.
                                                              9. ALMANSYAH NUR SINATRYA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang banyak penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Bertambahnya penduduk Indonesia setiap tahunnya membuat populasi manusia semakin meningkat dan jumlah kebutuhan pangan semakin meningkat. Untuk mengembangkan serta meningkatkan hasil produksi kebutuhan pangan maka berbagai metode dan perkembangan teknologi diciptakan demi tercapainya kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Tanaman adalah tumbuhan yang sengaja dikelola manusia yang bertujuan untuk mengambil hasilnya atau sering juga disebut budidaya pertanian.
Untuk meningkatkan hasil pertanian maka salah satunya yaitu dengan memperbaiki tehnik atau tatacara penanganan benih dan persemaian, hal tersebut berkaitan erat dengan sistim biologi benih. Untuk dapat memahami sejauh mana pengaruh penanganan benih dan persemaian terhadap mutu benih, perlu diketahui dasar-dasar genetik dan biologi benih. Di dalam kegiatan-kegiatan penanganan benih dan persemaian, hasil terbaik dapat diperoleh apabila pengetahuan tentang dasar-dasar ini digunakan secara tepat.
            Benih adalah salah satu bagian yang merupakan alat perkembangbiakan bagi tanaman. Benih merupakan bagian terpenting dari tanaman, jika tidak ada benih maka tumbuhan tidak dapat berkembangbiak. Benih merupakan bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan dengan sel gamet betina. Jika benih tidak digunakan untuk perbanyakan tanaman maka disebut sebagai biji. Jadi secara fungsional, benih adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk perbanyakan, sedangkan secara struktural benih diartikan sebagai bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan dengan sel gamet betina atau pembuahan.
            Benih dapat berkembang melalui suatu proses yang dinamakan perkecambahan. Secara fisiologis, perkecambahan benih adalah dimulainya proses metabolisme yang tertunda serta berlangsungnya transkripsi genom. Proses ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tempat benih itu berada. Untuk mendapatkan tanaman yang baik dan berkualitas maka benih yang akan ditanam harus mempunyai mutu yang baik. Benih bermutu baik adalah benih yang menjamin pertanaman bagus dan hasil panen tinggi, mutu benih adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh benih yang menunjukkan kemampuan untuk memenuhi standar yang ditentukan serta dibagi menjadi 4 bagian yaitu mutu fisik, mutu fisiologis, mutu genetik, dan mutu pathologis.
            Pada praktikum ini akan dilakukan pengujian kedalaman tanam terhadap kecepatan berkecambah benih. Benih yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih monokotil yaitu benih jagung dan benih dikotil yaitu kacang tanah. Pengujian dilakukan pada kedalaman yang berbeda dari setiap benih yang ditanam, dengan uji seperti ini akan didapatkan kedalaman tanam yang baik untuk mengecambahkan benih.
1.2  Tujuan
1.        Dapat mengetahuai struktur kecambah dan macam jenis benih serta mengetahui keragaman perkecambahan.
2.        Dapat melakukan uji kekuatan tumbuh (vigor) bibit, dan memahami relevansi uji kedalaman tanam.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hasan (2009), Struktur tanah merupakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan produksi tanaman. Ukuran agregat tanah merupakan salah satu bagian dari struktur tanah yang sangat menentukan tata air maupun udara tanah. Dalam menanam benih harus memeperhatikan struktur tanah agar benih dapat berkembang dengan baik.
Bibit yang baik untuk ditanam adalah bibit yang berasal dari tanaman yang unggul serta mampu bertahan dalam proses penanaman. Kualitas bibit tanaman sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program pembangunan hutan tanaman dan rehabilitasi lahan bekas tebangan, karena bibit yang berkualitas akan menghasilkan tegakan dengan tingkat produktivitas tinggi (Kurniyati dkk, 2009).
Menurut panggabean (2009), kadar air benih selama penyimpanan dipengaruhi oleh kadar air awal, kondisi ruang simpan, serta kemasan benih. Benih dapat melepaskan atau mengasorbsi air dari lingkungan, jadi dalam menyimpan benih harus memperhatikan kadar air dan tempat penyimpanan benih.
Menurut Abdul baki (1989), benih senantiasa berusaha untuk berada dalam keseimbangan dengan kelembaban udara. Keseimbangan telah tercapai bila tidak ada kecenderungan untuk melepaskan atau mengasorbsi air oleh benih. Jadi untuk menjaga mutu benih maka harus menjaga kelembaban dan kondisi lingkungan benih tersebut akan disimpan.
Media yang digunakan untuk pembibitan yaitu tanah, dengan media tanah benih yang ditanam akan cepat berkecambah dan menghasilkan bibit. Umumnya media yang digunakan untuk pembibitan dan persemaian berasal dari lapisan tanah top soil. Namun pengambilan tanah top soil dalam skala besar dapat berdampak negatif bagi lingkungan tersebut (Munisjah dan Setiawan, 1994).



BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum acara 1 pembiakan tanaman dengan judul “Struktur Pertumbuuhan Bibit dan Uji Kedalaman Tanam” dilakukan pada tanggal 14 Maret 2013 pada pukul 14.00 sampai 15.30. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1   Bahan
1.        Benih monokotil jagung dan dan benih dikotil kacang tanah
2.        Substrat tanah dan pasir
3.2.2        Alat
1.          Bak pengecambah
2.          Penggaris
3.          Hand sprayer penyemprot air
4.1  Cara kerja
1.          Membuat campuran media tanam beruapa tanah top soil dan pasir dengan perbandingan 1:1, mengayak tanah sebelum mencampur media tersebut.
2.          Memasukkan campuran media tanam ke dalam bak pengecambah hingga 1/2-2/3 tinggi bak (untuk kedalaman 2,5-7,5), kemudin menyemprot media dengan hand sprayer sampai kelembaban secukupnya.
3.          Menanam 20-25 butir benih monokotil (jagung) dan 20-25 butir benih dikotil (kacang tanah) dengan kedalaman 2,5 cm, 5 cm, dan 7,5 cm dalam tiga ulangan.
4.          Menutup benih yang sudah ditanam dengan media lembap yang sama setinggi kedalaman tanam.
5.          Menjaga kelembaban substrat setiap saat samapai 1 minggu.



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Jenis Benih
Kedalaman tanam (cm)
UL
Perkecambahan (%) hari ke-
Tinggi tanaman (cm)
Panjang Akar (cm)
Ke-6
Normal
Abnormal
Mati
JAGUNG
2,5
1
90
10
-
24
4,9
2
100
-
-
23,25
5,25
3
100
-
-
20
10,85
5,0
1
80
10
10
23
12
2
70
10
20
22,25
16,75
3
90
10
-
23,5
6,75
7,5
1
100
-
-
27,5
7,4
2
100
-
-
25
10,5
3
90
-
10
24,35
8,6
KACANG TANAH
2,5
1
60
20
20
9,5
7
2
40
50
10
10,25
6,75
3
90
0
10
12,5
4,5
5,0
1
30
0
70
16
7,25
2
40
0
60
14,25
6,75
3
40
10
50
13,75
6,75
7,5
1
40
10
50
19,5
13,15
2
50
0
50
22,4
12,65
3
60
20
20
21,25
10,59


4.2  Pembahasan
Dibawah ini merupakan grafik perkembangan kecambah jagung (monokotil) dan kacang tanah (dikotil) yang diamati selama satu minggu:
a. Kecambah Jagung

Rata-Rata Tinggi Kecambah Jagung
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
2,5 cm
24
23,25
20
5 cm
23
22,25
23,5
7,5 cm
27,5
25
24,35











b. Kecambah Kacang Tanah
Perlakuan
Rata-Rata Tinggi Kecambah Jagung
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
2,5 cm
9,5
10,25
12,5
5 cm
16
14,25
13,75
7,5 cm
19,15
22,4
21,25






 











4.1.3 Grafik Panjang Akar
a. Kecambah Jagung
Perlakuan
Rata-Rata Panjang Akar Kecambah Jagung
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
2,5 cm
4,9
5,25
10,85
5 cm
12
16,75
23,5
7,5 cm
7,4
10,5
8,6












b. Kecambah Kacang Tanah
Perlakuan
Rata-Rata Panjang Akar Kecambah Kacang Tanah
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
2,5 cm
7
6,75
4,5
5 cm
7,25
6,75
6,75
7,5 cm
13,15
12,65
10,95


4.1.3 Grafik Vigor Kecambah
a. Kecambah Jagung
Perlakuan
Rata-Rata Vigor Kecambah Jagung
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
2,5 cm
90%
100%
100%
5 cm
80%
70%
90%
7,5 cm
100%
100%
90%


a. Kecambah kacang tanah
Perlakuan
Rata-Rata Vigor Kecambah Kacang Tanah
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
2,5 cm
60%
20%
20%
5 cm
30%
40%
40%
7,5 cm
40%
50%
60%




Dari hasil pengamatan terhadap perkecambahan benih pada berbagai perlakuan yang telah diuji dengan kedalaman tanam yang berbeda yaitu 2,5 cm, 5 cm, dan 7,5 cm. Hasil yang didapat yaitu perkecambahan benih jagung dan kacang tanah berbeda, hal tersebut dapat dilihat pada kemampuan tumbuh benih (vigor) yang berbeda meskipun perlakuannya sama. Daya perkecambahan yang berbeda dari setiap jenis tanaman disebabakan karena jenis tanaman yang berbeda, pada jenis tanaman kacang tanah (dikotil) perkecambahannya bersifat epigeal karena kotiledon terangkat keatas permukaan tanah pada waktu pertumbuhannya. Pada benih jagung (monokotil) yang berkecambah perkecambahannya bersifat hipogeal karena tetap tinggal didalam permukaan tanah.
Pada kedalaman tanam 7,5cm rata-rata 96% perkecambahan benih jagung normal dan 4% abnormal, sedangkan pada kedalaman tanam 2,5 cm rata-rata perkecambahan benih 96% normal dan 4% mati, dan pada kedalaman 5,0cm rata-rata perkecambahan 80% normal, 10% abnormal, dan 10% mati. Jadi kedalaman tanam yang cocok untuk mengecambahkan benih jagung yaitu pada kedalaman tanam 7,5cm, hal tersebut disebabkan karena jagung merupakan tanaman monokotil sehingga pertumbuhan kotiledon jagung tetap berada didalam tanah atau tidak muncul keatas permukaan tanah, oleh karena itu tanaman jagung lebih cocok berkecambah pada kedalaman 7,5 cm.
Dari penanam benih kacang tanah yang merupakan jenis tanaman dikotil terdapat berbagai variasi tumbuh mulai dari normal, abnormal, dan mati, hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor dari dalam dan dari luar. Pada kedalaman tanam 2,5 cm rata-rata perkecambahan benih yang normal adalah 63% sedangkan pada kedalaman tanam 5,0 cm dan 7,5 cm hasil kurang dari 60%, jadi  perkecambahan benih kacang tanah yang paling optimal adalah pada kedalaman 2,5, hal tersebut disebabkan karena kacang tanah memiliki struktur pertumbuhan yang bersifat epigeal yaitu kotiledon yang terangkat keatas permukaan tanah. Pada kedalaman 2,5 perkecambahan kacang tanah dapat optimal.

Perkecambahan benih ditentukan dari kedalaman tanam benih, semakin dalam benih ditanam maka benih membutuhkan energi yang besar untuk melawan gaya tekan yang disebabkan oleh tanah. Menurut Sadjad dalam Saleh dkk (2008), secara umum vigor kekuatan tumbuh menghadapi kondisi suboptimum lapang produksi yang diindikasikan oleh tolok ukur kecepatan benih berkecambah karena diasumsikan bahwa benih yang cepat tumbuh mampu mengatasi segala macam kondisi suboptimum. Benih yang dapat tumbuh pada kondisi suboptimum atau kurang optimum dapat digunakan untuk mencerminkan kekuatan tumbuh (vigor) bibit dalam pertumbuhannya dilapangan. Benih dapat berkecambah secara abnormal karena keadaan tumbuh benih yang tidak mendukung untuk benih berkecambah. Benih mempunyai daya tumbuh atau vigor yang berbeda-beda dari setiap jenisnya, benih yang mempunyai vigor baik yaitu benih dengan kekuatan tumbuh yang baik pada kondisi yang kurang optimum.
Pada perkecambahan benih dikotil dan monokotil terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih salah satunya yaitu faktor dari lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat kekuatan tumbuh benih (vigor), pada keadaan lembab benih akan lebih cepat tumbuh karena air dapat berfungsi untuk melunakkan kulit benih, mengencerkan protoplasma, mentranslokasikan cadangan makanan, dan mengaktifkan enzim dalam endoplasma. Suhu juga mempangaruhi pertumbuhan benih, pada suhu dingin atau dibawah suhu kamar perkecambahan benih tidak dapat berlangsung karena adanya dormansi, dan pada suhu kamar perkecambahan akan terjadi karena terjadi metabolisme dalam benih. Jika suhu terlalu panas benih tidak dapat tumbuh karena air dalam benih akan menguap sehingga tidak dapat melakukan metabolisme untuk tumbuh, benih akan mencapai titik kering dan kematian sel pada kondisi yang terlalu kering. Ketersediaan oksigen di dalam tanah mempengaruhi pertumbuhan benih karena oksigen dibutuhkan benih dalam melangsungkan proses metabolisme yang menghasilkan energi untuk tumbuh awal hingga daun muncul di permukaan tanah.
Penanaman benih harus disesuaikan dengan jenis benih yang akan ditanam karena kemampuan tumbuh benih setiap jenis tanaman berbeda-beda. Pada benih dikotil penanaman dilakukan dibagian permukaan tanah karena benih dikotil mempunyai pola perkecambahan epigeal karena kotiledon akan terangkat ke atas permukaan tanah, agar kecambah yang dihasilkan tumbuh normal maka penanaman benih dikotil harus dilakukan pada kedalaman tanam yang tidak terlalu dalam ± 2,5 cm. Pada benih monokotil seperti jagung, kedelai,dll untuk mendapatkan perkecambahan yang normal maka penanaman harus dilakukan pada kedalaman yang agak dalam yaitu ± 7,5 cm, hal tersebut dikarenakan benih monokotil mempunyai pola perkecambahan yang hipogeal karena hipokotil hanya sedikit memanjang sehingga kotiledon tidak terangkat ke atas tetapi kotiledon berfungsi untuk menumbuhkan akar seminal (akar tetap). Jika benih jagung di tanam pada kedalaman yang terlalu dalam (15-17 cm) dari permukaan tanah, maka coleoptyle akan menjadi kering didalam tanah tanpa membentuk akar adventif akibatnya bibit tanaman akan mati. Pada grafik pertumbuhan akar kedalaman ideal terletak pada kedalaman 7,5 cm.




BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perbedaan perkecambahan benih jagung dan kacang tanah yang ditanam disebabkan karena struktur perkecambahan yang berbeda. Benih jagung berkecambah optimal pada kedalaman tanam 7,5 cm karena benih jagung merupakan jenis tanaman monokotil yang mempunyai pola perkecambahan hipogeal. Benih kacang tanah dapat berkecambah dengan optimal pada kedalaman tanam 2,5 cm karena kacang tanah memiliki pola perkecambahan epigeal yaitu kotiledon akan terangkat ke permukaan tanah pada saat perkecambahan.
5.2 Saran
            Sebaiknya dalam melakukan uji perkecambahan benih harus memperhatikan setiap perlakuan agar kita dapat mengamati perbedaan uji kedalaman tanah dengan jelas, karena jika terjadi kesalahan perlakuan akan mengakibatkan kerancuan data dan hasilnya tidak akurat.


DAFTAR PUSTAKA
Baki, abdul. 1989. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Program Pasca Sarjana,
Universitas Jember. Tidak dipublikasikan.
Hasanah, Uswah. 2009. Respon Tanaman Tomat (Licopersicum esculentum Mill)
Pada Awal Pertumbuhan Terhadap Keragaman Ukuran Agregat Entisol. Agroland, 16(2): 103-109.
Kurniyati, Rina dkk. 2010. Pengaruh Media dan Naungan Terhadap Mutu Bibit
Suren (Toonasureni Merr.). Penelitian Hutan Tanamn, 7(2): 77-83.
Muchnisjah, W. Q. Dan Setiawan. 1994. Produksi Benih. Jakarta: Bumi Aksara.
Panggabean, Ellen L.. 2009. Kajian Fisiologi dan Kimiawi Deteriorasi Benih
Nangka Pada Penyimpanan Dengan Polyethylene Glycol. Eksakta Bioagrotek, 1(1): 12-16.
Saleh, Muhammad Salim dkk. 2008. Pengaruh Skarifikasi dan Media Tumbuh
Terhadap Viabilitas Benih dan Vigor Kecambah Aaren. Agroland, 15 (3) : 182 – 190.